Chohadi SP

Islam dan Pendidikan Masa Depan

9 Jun 2009

Pemerataan Kualitas Pendidikan antara Harapan dan Kenyataan


Suprapto, S.Pd.

SMP Negeri 1 Takeran

Tak dipungkiri bahwa pendidikan yang berkualitas itu menjadi harapan semua pihak. Pemerintah mengharapkan, sekolah mengharapkan, apalagi masyarakat orang tua yang memiliki anak didik tentu sangat mengharapkan anaknya memperoleh pendidikan dengan kualitas yang handal, sehingga masa depan anak dan bangsa yang akan datang seakan ditumpukan pada kualitas pendidikannya masa sekarang.

Perlu semua pihak memahami pula bahwa, mutu sebuah pendidikan tidak boleh hanya ditumpukan kepada lembaga pendidikan. Apalagi sebuah lembaga pendidikan swasta atau sekolah negeri yang ada di pinggiran kota. Tentu banyak hal yang sangat memperngaruhi kualitasnya. Boleh jadi sebuah lembaga pendidikan memiliki tenaga-tenaga pendidik yang handal, tetapi sarana dan prasarana sekolah tidak mendukung, tentu akan sulit untuk maju. Atau mungkin ada sekolah yang menerima setiap peserta didik tanpa ada seleksi, karena memang mereka harus diterima. Mungkinkah kualitas pendidikan akan merata? Menjadi tanggung jawab siapakah itu?

Pendidikan yang bagus dengan kualitas terjamin serta merata untuk seluruh masyarakat menjadi tanggung jawab semua pihak. Bagusnya kualitas pendidikan janganlah dilihat semata-mata dari perolehan nilai tertinggi atau rerata siswa suatu sekolah dalam ujian nasional. Sisi lain yang tidak boleh dilupakan yang harus menjadi ukuran kualitas pendidikan adalah lahirnya generasi yang beriman dan berakhlak mulia. Apalah arti sebuah prestasi yang tinggi dari nilai yang baik, jika akhlaknya rusak. Apalah arti sebuah pandai jika membohongi publik, atau dikatakan pintar jika untuk “minteri” negara atau orang lain.

Generasi yang beriman dan berakhlak mulia adalah generasi handalan masa depan bangsa untuk bangkit maju. Itu akan banyak dilihat dalam berbagai lembaga yang memberikan pendidikan dengan nuansa keagamaan. Bilang saja bagaimana seseorang yang telah lupa dengan tanggung jawabnya terhadap Tuhan? Apakah mereka tidak mudah melupakan tanggung jawabnya terhadap sesama? Tanda tanya besar yang perlu dijawab dengan hati yang bersih dan jujur.

Orang tua juga perlu jeli memandang mutu pendidikan bagi anak-anaknya. Sekolah-sekolah yang kecil sebenarnya juga belum tentu kalah kualitas dari segi pendidikan keimanan dan nilai akhlak mulia yang sangat penting bagi perkembangan anak didik. Pendidikan untuk EQ dan SQ lebih penting bagi anak daripada IQ.

Memeratakan kualitas pendidikan sulit diwujudkan jika pandangan tentang kualitas pendidikan sendiri belum ditemukan titik persamaan. Idealitas dan realitas sulit bertemu, jika pihak-pihak yang berkompenten sendiri tidak memiliki sikap yang jujur untuk meralisasikannya. Yang tetap harus dilakukan oleh setiap lembaga pendidikan adalah terus berpacu menjadi wadah pembinaan bagi anak didik untuk membangun masa depan bangsa, tanpa harus banyak menadahkan tangan. Kesederhanaan boleh jadi memeras tenaga dan pikiran untuk bisa melejit maju, sedangkan kemewahan tidak jarang meninabobokan orang.

Pemerintah sudah seharusnya segera mengambil langkah maju untuk memberikan nilai-nilai keagamaan dengan porsi yang lebih tinggi untuk sebuah pendidikan. Selain itu kucuran dana hendaknya juga merata semua pendidikan. Jangan hanya dana BOS tetapi juga dana operasional lembaga yang besarnya sama untuk semua jenjang pendidikan tanpa melihat banyak sedikit jumlah siswa. Hal ini bertujuan agar lembaga yang masih kecil segera bangkit mengikuti perkembangan bukan justru semakin terlibas dengan adanya dana BOS yang hanya menghitung jumlah peserta didik. Jika mutu pendidikan diharapkan merata, maka sikap semua pihak juga merata. Berilah bantuan yang memang sangat membutuhkan, tak mengapa memberikan kepada yang sudah maju agar memili kelebihan dari yang lain, jangan melupakan pihak-pihak yang memerlukan bantuan.

Sekolah pinggiran kota juga memerlukan perhatian khusus pemerintah daerah, jika tidak ingin “kecolongan”. Sekolah pinggiran kota rawan terjadinya permutasian siswa. Sekolah ini biasanya sekedar dijadikan batu loncatan bagi siswa yang unggul untuk mutasi ke sekolah kota lain. Oleh karena itu baik sekolah maupun pemerintah perlu menata dan meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan secara prima.

Sisi pelik yang perlu segera direalisasikan pemerintah daerah melalui dinas pendidikan untuk memeratakan kualitas pendidikan adalah mewujudkan ujian yang berkualitas dengan nuansa kejujuran. Jangan justru mensponsori untuk berlaku tidak jujur ketika ujian nasional. Sikap yang salah ini, jika tidak segera dihentikan, jangan berharap kualitas pendidikan meningkat, apalagi merata. Tidak percaya lihat saja tiga atau lima tahun ke depan, para siswa enggan belajar, sekolah favorit bisa berubah menjadi tidak favorit, sekolah unggulan bisa “kecolongan” kualitas. Betulkah idealitas dan realitas sulit bertemu? Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi Indonesia dengan kualitas pendidikan yang merata dan menyejukkan. Harapan semoga menjadi kenyataan, idealitas semoga menjadi realitas. Jangan hanya berangan wujudkan dalam perjuangan.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda