Chohadi SP

Islam dan Pendidikan Masa Depan

9 Jun 2009

Biografi Singkat Suprapto

BIOGRAFI


Suprapto adalah nama asli pemberian orang tua. Dia lahir di Magetan, Jawa Timur tanggal 25 April 1964. Ia menamatkan pendidikan SLTA di SPG Negeri Magetan tahun 1984, lalu melanjutkan ke D-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Negeri Jember (UNEJ) dan tamat tahun 1986. Setahun kemudian diangkat menjadi guru di SMP Negeri 2 Takeran, Magetan hingga sekarang. Baru tahun 2001 melanjutkan ke S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Terbuka Jakarta tamat tahun 2003. Untuk melanjutkan ke S-2 ada keinginan tetapi belum terpikirkan, karena ia mengaku lebih suka mengembangkan diri dengan membaca dan menulis agar lebih bermanfaat bagi orang lain.

Di samping sebagai guru ia memang memiliki hobi menulis. Tulisan-tulisannya berupa artikel, makalah, dan buku-buku. Artikel dimuat di koran atau di majalah, antara lain di Jawa Pos Radar Madiun dan Majalah Pendidikan Median LPMP Jawa Timur, dan Majalah Media Dinas P dan K Jawa Timur.

Jenis makalah sering ditulis untuk mengikuti beberapa kesempatan lomba baik yang bersifat daerah, provinsi, maupun nasional. Akan tetapi ia mengaku belum pernah mendapat nominasi, kecuali

  1. Juara I, lomba menulis PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang diadakah oleh Dinas Pendidikan Kab. Magetan tahun 2006,
  2. Juara II Guru Ideal Kab. Magetan. tahun 2008
  3. Masuk 50 Unggulan Guru Ideal Jawa Timur Tahun 2009 dari semua jenjang pendidikan

Selain artikel dan makalah, ia juga menulis buku-buku yang sampai saat ini baru 15 judul yang terbit secara nasional, di antaranya adalah Kumpulan Istilah Sastra dan Apresiasi Sastra (Indah Surabaya, 1993), Himpunan Istilah Ilmu Bahasa (Indah Surabaya, 1993), Pedoman Lengkap Surat Menyurat Bahasa Indonesia (Indah Surabaya, 2004), Mutiara Hikmah Otodidak Tampil Bijak (GIP, Jakarta, 2003), Jalan Pintas menjadi Bintang Pelajar (Mujahid Press, Bandung, 2003) Penuntun Praktis Surat Dinas Resmi (Mandar Maju, Bandung, 2006), Kamus Peribahasa Bahasa Indonesia (Mandar Maju, Bandung, 2007), Gema dan Gaung Pantun (Mandar Maju Bandung, 2009).

Buku-buku lainnya adalah tentang keagamaan yang ditulis dengan nama pena Choiruddin Hadhiri SP. Di antara buku yang telah terbit adalah Klasifikasi Kandungan Al-Quran (GIP, Jakarta, 1993 dan pernah diterbitkan di Malaysia tahun 1996), direvisi menjadi jilid I dan II (GIP, Jakarta, 2005), Mutiara Dakwah (Al-Qowam, Surakarta, 2004), Mutiara Nasihat Menuju Islam Kaffah (Mujahid Press, Bandung, 2003), Mutiara-mutiara di Balik Kisah (Mujahid Press Bandung, 2005), Harap dan Takut Memburu Cinta (Mujahid Press Bandung, 2005).

Di antara naskah-naskah lainnya yang siap terbit adalah Mutiara Akhlak (GIP, Jakarta), BIL Rangkuman Bahasa Indonesia Lengkap (Yudhistira Jakarta), Pemberdayaan Masjid (Mujahid Press Bandung). Beberapa buku yang diterbitkan di atas, sebelumnya juga pernah diikutkan lomba tingkat provinsi atau nasional, karena belum mendapat nominasi maka direvisi dan dikirim sendiri ke penerbit untuk dicetak menjadi buku agar bermanfaat bagi pembaca dan pecinta ilmu pada umumnya. (GIP Jakarta),

Nama Choiruddin Hadhiri Suprapto sering disingkat dengan

  1. Choiruddin Hadhiri SP. pada buku
  2. chohadhisp@yahoo.com untuk email. dan
  3. www.chohadhisp.blogspot.com untuk internet (blogger)

Dari mana kisah nama Choiruddin Hadhiri SP. Ia menjelaskan bahwa nama Suprapto berasal dari bahasa Jawa yaitu Su dan Prapto. Su berarti baik (choir, dalam bahasa Arab) Prapto berarti datang (hadhir, dalam bahasa Arab). S singkatan dari su dan P singkatan dari Prapto. Sehingga lahirlah nama pada tahun 1991 bagi Suprapto dengan panggilan Choiruddin Hadhiri SP. Sederhana dan tak perlu lagi bertanya-tanya. Selamat bergabung dan sharing bersama kami, untuk ilmu, iman, amal, dan dakwah illallah.

Label:

PTK Bahasa Indonesia

IMPLEMENTASI MODEL PELACAKAN DETEKTIF UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT RESMI PADA SISWA KELAS IX A SMP 2 TAKERAN

Suprapto, S.Pd.



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menulis merupakan salah satu unsur keterampilan berbahasa maupun bersastra. Aspek menulis surat juga merupakan bagian yang harus dikuasai oleh siswa sebagai pembelajar. Khususnya menulis resmi yang secara formal diperlukan baik dalam perkantoran, instansi, lembaga, organinsasi, maupun bisnis.

Kenyataan di lapangan, di SMP Negeri 2 Takeran, Magetan membuktikan bahwa hasil yang diraih siswa dalam pembelajaran yang standar pada tahun-tahun sebelumnya tidak tampak ada kemajuan yang berarti. Bahkan siswa kelihatan tidak atau kurang tertarik menulis surat resmi. Ada yang beranggapan belum tentu jadi pegawai. Mestinya dengan pembelajaran menulis surat resmi di kelas para siswa juga akan semakin termotivasi untuk mampu menulis dengan baik. Hal ini mengingat bahwa surat resmi bukan hanya digunakan oleh para pejabat atau pegawai kantor saja.

Jika mereka ditanya hampir sebagian besar mereka ingin menjadi pegawai atau pejabat. Ada pula yang ingin menjadi niagawan sukses. Pada hal pekerjaan itu semua tak lepas dari kegiatan surat menyurat secara resmi atau formal. Jangankan ketika sudah menjadi pegawai, sedangkan ketika akan melamar pekerjaan saja harus menulis surat. Padahal surat jenis ini juga merupakan surat pribadi semi resmi.

Ironisnya, para siswa kurang menaruh perhatian tentang materi pembelajaran surat dinas ini. Walhasil jika ada ulangan berkenaan dengan materi ini nilainya relatif rendah. Padahal HP relatif untuk kepentingan yang praktis, sedangkan surat resmi berkenaan fungsi bukti tertulis yang sulit dibantah kebernarannya. Selain daripada itu juga berfungsi sebagai duta atau utusan bagi si pengirim surat.

Kesukaan mereka untuk menulis surat pribadi pun juga terasa sudah tergeser oleh handphon (HP) dengan SMS-nya (pesan singkatnya). Bahkan dengan persaingan harga pulsa HP yang terus memberikan kemudahan kepada para pemakai menjadikan para siswa juga relatif suka berbicara langsung daripada menulis SMS.

Jika ditanya tentang menulis surat pribadi saja untuk teman yang di jauh, seorang siswa menjawab, “Menulis surat itu terlalu lama dan membutuhkan biaya kirim yang repatif lebih mahal. Enakan SMS atau ngobrol langsung dengan HP.” (Syarifatul, 20 September 2008) Seorang siswa lain berkata, “Menulis surat pada zaman sekarang kurang praktis.” (Bhakti, 21 September 2008).

Meski pemakaian HP sudah sangat membudaya bagi seluruh kalangan masyarakat. Bukan berarti fungsi surat akan hilang. Masih banyak fungsi surat resmi yang belum bisa digantikan oleh HP. Oleh karena itulah penulis termotivasi mencari model pembelajaran yang menarik siswa untuk menulis surat resmi. Model itu adalah pelacakan detektif. Dari segi namanya saja boleh bisa membuat siswa lebih tertarik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut.

1. Bagaimana mengimplementasikan model pelacakan detektif untuk meningkatkan minat dan kemampuan menulis surat resmi pada siswa kelas IX A SMP 2 Takeran?

2. Apakah model pelacakan detektif dapat meningkatkan minat menulis surat resmi pada siswa kelas IX A SMP 2 Takeran?

3. Apakah model pelacakan detektif dapat meningkatkan kemampuan menulis surat resmi pada siswa kelas IX A SMP 2 Takeran?

C. Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka dengan jelas penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk tiga hal berikut ini.

1. Memaparkan pengimplementasian model pelacakan detektif pada pembelajaran menulis surat resmi, tepatnya untuk siswa kelas IX A SMP 2 Takeran.

2. Meningkatkan minat menulis surat resmi pada siswa kelas IX A, SMP Negeri 2 Takeran, Magetan melalui model pelacakan detektif.

3. Meningkatkan kemampuan menulis surat resmi pada siswa kelas IX A, SMP Negeri 2 Takeran, Magetan melalui model pelacakan detektif.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi siswa, guru, kelas, dan sekolah pada umumnya.

1. Siswa diharapkan mendapat kemudahan dalam menulis surat resmi dengan cara yang menarik perhatian dan minat mereka. Siswa diharapkan mampu menulis surat resmi ketika pembelajaran dan bisa menulis surat resmi dalam hubungannya dengan pekerjaan dalam organisasi, untuk melamar pekerjaan, atau untuk kepentingan resmi lainnya.

2. Guru diharapkan memperoleh alternatif pemecahan masalah dalam pembelajaran menulis surat resmi khususnya. Guru yang lain juga terinspirasi dengan teknik-teknik yang lainnya untuk pemecahan masalah yang serupa atau bahkan yang berbeda sekali pun.

3. Kelas akan lebih terbantu terciptanya suasana yang kondusif bagi pembelajaran surat resmi, sehingga proses pembelajaran akan berjalan lancar. Para siswa termotivasi untuk membuat surat resmi-surat resmi dan menempelkan karya mereka pada majalah dinding.

4. Sekolah atau guru bahasa Indonesia pada umumnya, dapat memanfaatkan hasil penelitian tindakan kelas ini untuk diujicobakan, barangkali sesuai dan cocok untuk tipe kelas yang lainnya. Bahkan teknik pembelajaran dalam penelitian ini bisa juga diujicobakan pada pembelajaran lainnya, misalnya pada penulisan sastra.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Surat Resmi

1. Pengertian Surat Resmi

Surat merupakan alat komunikasi antara dua pihak yang berupa tulisan dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat, tidak lain adalah untuk mengkomunikasikan atau menginformasikan suatu gagasan dan pikirannya kepada pihak lain, baik atas nama pribadi atau yang lainnya.

Surat resmi yaitu surat yang ditulis untuk kepentingan atau menyangkut masalah lembaga, organisasi, instansi, dan sebagainya. Dalam kehidupamn sehari-hari, sebagai anggota masyarakat orang tua siswa atau siswa sendiri tentu pernah menerima surat dari sekolah, tempat kerja, pengurus RT, karang taruna, atau instansi lain. Surat-surat tersebut tergolong surat resmi karena dikirim oleh instansi, lembaga, atau organisasi. Jadi, tidak dikirim oleh individu atau perseorangan (Depdiknas, 2005:20).

Berbeda halnya jika seorang kepala desa atau kepala sekolah mengirimkan surat kepada anaknya untuk urusan keluarga, maka tidak bisa disebut surat resmi. Walaupun yang berkirim surat kepala desa atau kepala sekolah tetapi atas nama pribadi dan untuk kepentingan keluarga, maka disebut surat pribadi.

2. Macam-macam Surat Resmi

Text Box: 5 Surat resmi atau surat dinas dibedakan menjadi dua jenis:

a. Surat dinas pemerintah, yakni surat dinas yang dibuat oleh pihak lembaga atau instansi pemerintah.

b. Surat dinas swasta, yakni surat dinas yang dibuat oleh pihak lembaga swasta.

1) Surat dinas organisasi adalah surat yang dikeluarkan oleh organisasi atau perkumpulan atau perhimpunan tertentu, yang biasanya banyak berhubungan dengan dunia sosial.

2) Surat dinas niaga adalah surat yang dikeluarkan oleh pihak swasta yang berisi tentang perniagaan untuk memperoleh suatu keuntungan materi.

  1. Kelebihan Surat Sebagai Alat Komunikasi

Surat sebagai alat komunikasi memiliki beberapa kelebihan, antara lain :

a. Surat dapat dipergunakan untuk mencurahkan segala isi hati, perasaan, atau pikiran dengan leluasa dan sepuas-puasnya. Hal demikian mungkin tidak dapat dilakukan dengan komunikasi secara lisan langsung.

b. Surat dapat dipergunakan untuk menyampaikan berita atau informasi kepada pihak lain sesuai dengan sumber aslinya, tanpa perubahan dan ada buktinya (Suprapto, 2004:16).

4. Manfaat Surat Dinas

Fungsi utama surat, seperti telah disebutkan di atas, bahwa fungsi surat adalah sebagai alat komunikasi antara dua pihak yang berupa tulisan dalam kertas atau lainnya. Jadi, fungsi utama surat adalah sebagai alat komunikasi tertulis. Selain fungsi utama tersebut surat juga memiliki fungsi sampingan surat, yakni fungsi surat selain yang utama. Fungsi tersebut bagi urusan dinas, antara lain:

a. Sebagai dokumentasi tertulis, yaitu surat digunakan untuk bukti tertulis sebagai “hitam di atas putih” yang sangat kuat dan sulit dipungkiri, misalnya surat perjanjian.

b. Sebagai alat pengingat, yaitu surat dapat digunakan untuk mengetahui atau mengingatkan kembali hal-hal yang telah terlupakan, misalnya surat-surat yang telah disimpan atau diarsipkan.

c. Sebagai bukti historis, yaitu surat dapat digunakan untuk mengetahui atau menyelidiki keadaan orang, organisasi, atau suatu bangsa pada masa silam, misalnya surat-surat R.A. Kartini, Supersemar, dan sebagainya.

d. Sebagai pedoman bertindak, yaitu surat dapat digunakan sebagai dasar melakksanakan suatu akktivitas atau kegiatan, misalnya surat instruksi, surat perintah, dan lain-lain.

e. Sebagai duta, yaitu surat dapat digunakan sebagai duta atau utusan tanpa dengan orang untuk mengadakan hubungan dengan berbagai keperluan yang di dalmnya mencerminkan kondisi pihak yang mengirimkannya, misalnya surat dari suatu organisasi atau perusahaan.

f. Sebagai jaminan keamanan, yaitu surat dapat digunakan untuk menjaga keamanan si pembawanya, misalnya misalnya surat jalan, surat kuasa, surat izin mengemudi.

g. Sebagai otak kegiatan kantor, yaitu surat dapat digunakan untuk menentukan ancar atau tidaknya kegiatan tata usaha dengan pihak lain, misalnya surat-surat yang dibuat dan telah diarsipkan.

h. Sebagai barometer kemajuan kantor, yaitu surat digunakan untuk mengetahui seberapa banyak kegiatan dan hubungannya dengan pihak luar, misalnya dengan memperhatikan surat-surat yang diarsipkan.

  1. Bahasa Surat Dinas

Pemakai surat resmi atau dinas harus memperhatikan bahasa yang dipergunakannya. Bahasa surat resmi setidaknya memiliki dua syarat, yaitu bahasa baku dan bahasa efektif.

a. Bahasa Baku

Dilihat dari sudut bentuk lahirnya, maka bahasa surat harus menggunakan bahasa baku. Bahasa baku adalah bahasa yang diakui kebenarannya menurut kaidah yang sudah dilazimkan. Pemakaian bahasa baku dapat dikenali dari beberapa unsur, antara lain dari penulisan (ejaan), pemakaian kata, dan struktur kalimat.

Jika ditinjau dari wujud penuturannya, surat merupakan percakapan atau dialog yang tertulis dari suatu pihak (komunikator) kepada pihak penerima (komunikan) (Soedjito, 1991:1). Oleh karena itu pemakaian pemakaian kata-kata ganti orang perlu dicermati. Jangan sampai menggunakan klitika –nya untuk menyatakan orang kedua yang diajak bicara melalui surat tersebut. Orang atau pihak yang disapa dalam surat resmi sebaiknya menggunakan kata Bapak, Ibu, atau Saudara. Penulisan ketiga kata tersebut diawali dengan huruf kapital karena sebagai kata sapaan

b. Bahasa Efektif

Dilihat dari segi pencurahan rasa atau gagasan, maka bahasa surat yang baik memakai bahasa yang efektif. Bahasa efektif adalah bahasa yang secara tepat dapat mencapai sasarannya. Bahasa efektif ini dapat diketahui dan dikenali dari pemakaian kalimat yang sederhana, ringkas, tegas, dan menarik (Suprapto, 2004: 104-107).

1) Ciri Sederhana

Sederhana berarti bersahaja, lugas, mudah, tidak berbelit-belit. Oleh karena itu bahasa surat hendaknya tidak berbasa-basi, tidak menggunakan kata atau istilah yang tidak lazim. Pemakaian yang berlebih-lebihan atau tidak sederhana kadang-kadang malah tidak baku.

2) Ciri Ringkas

Ringkas artinya sedikit. Kalimat ringkas berarti kalimat yang hanya memakai sedikit kata-kata, tetapi maknanya jelas dan mudah dimengerti. Kebalikan dari kalimat ringkas adalah kalimat yang panjang atau terurai yang jika tidak pandai mengungkapkan bisa mengaburkan pengertiannya. Kalimat yang ringkas sejalan dengan sikap dan sifat niagawan dan usahawan yang senang singkat dan jelas.

3) Ciri Tegas/Jelas

Kalimat yang tegas atau jelas berarti kalimat yang tidak menimbulkan salah paham, karena isinya tidak meragukan atau tidak samar-samar.

4) Ciri Sopan

Berbahasa yang sopan berarti menggunakan bahasa secara tertib menurut adat yang baik sehingga menunjukkan baiknya kelakuan si penulis. Untuk menjaga kesopnan berbahasa dalam surat dapat menggunakan kata-kata sapaan (yang ditulis dengan huruf kapital), kata-kata yang berkonotasi halus, dan kata-kata yang baku.

5) Ciri Menarik

Bahasa yang menarik adalah bahasa yang dapat membangkitkan perhatian dan mengesankan hati pembacanya. Hal ini dapat ditempuh dengan menggunakan kalimat yang bervariasi antara bentuk aktif dan pasif, atau paragraf yang bervariasi antara susunan induktif dan deduktif.

6. Bagian-Bagian Surat Dinas/Resmi

Bagian-bagian surat merupakan komponen-komponen yang menyusun satu kesatuan utuh sebuah surat. Bagian-bagian surat ini secara sepintas yang langsung berhubungan dengan bagian yang merupakan ciri-ciri khusus surat dinas/resmi. Bahkan antara surat dinas pemerintah dan surat dinas swasta juga mempunyai perbedaan ciri pada bagian-bagiannya. Hal ini dapat kita pahami pada tabel 1 berikut ini.


Tabel 1. Perbedaan Surat Dinas Pemerintah dan Surat Dinas Swasta

No

Bagian-bagian

Surat Dinas

Dinas Pemerintah

Dinas

Swasta

1

Kop surat

ada

ada

2

Tanggal surat

ada

ada

3

Nomor surat

ada

ada

4

Lampiran

tidak tentu

tidak tentu

5

Hal surat

ada

ada

6

Alamat surat

ada

ada

7

Salam pembuka

tak ada

ada

8

a. Alinea pemuka

ada

ada

b. Alinea isi

ada

ada

c. Alinea penutup

ada

ada

9.

Salam penutup

tak ada

ada

10

Pengirim surat:

a. Jabatan, instansi/lembaga

ada

ada

b. Tanda tangan

ada

ada

c. Nama terang

ada

ada

d. NIP/sejenisnya

ada

tidak tentu

e. Cap/stempel dinas

ada

ada

11

Tembusan

tidak tentu

tidak tentu

12

Inisial/tanda pengenal

tidak ada

ada

B. Minat dan Kemampuan Menulis Surat Resmi

Kemampuan menulis sangat perlu dikembangkan oleh setiap manusia. Budinuryanta juga menjelaskan bahwa kemampuan menulis merupakan tuntutan segala zaman, kemampuan menulis bukan monopoli orang berbakat. Semua orang akan mampu menulis jika berlatih secara benar. Tujuan mempelajari menulis tiada lain adalah agar memiliki kemampuan dan pengalaman menulis dan dapat memanfaatkan kemampuan itu untuk berbagai keperluan. (1997:12.3)

Kemahiran atau keterampilan seseorang menulis surat berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk merumuskan buah pikirannya dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh orang lain. Dengan kemahiran seseorang, diharapkan isi surat mendapat respon atau tanggapan yang baik dan menguntungkan, serta tercapai tujuan yang dikehendaki oleh penulisnya.

Untuk memiliki kemahiran tersebut, kita harus mempunyai pengetahuan dan pendidikan yang cukup, termasuk penguasaan hal-hal berikut ini.

  1. Penulis surat menguasai pemakaian bahasa secara baik dan benar.
  2. Penulis mengetahui kedudukan masalah yang dipersoalkan serta latar belakangnya.
  3. Penulis memahami bidang pekerjaannya serta peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pekerjaan itu.
  4. Penulis mengetahui posisinya dalam membuat surat, artinya terhadap siapa ia berbicara atau menulis surat.
  5. Penulis menguasai teknik-teknik menyusun surat yang baik, seperti memilih bentuk surat, penggunaan kertas surat, serta penyusunan dan pengetikan bagian-bagian surat (Suprapto, 2004:27).

Mengingat pentingnya surat resmi sebagai alat komunikasi yang tak dapat digantikan oleh alat komunikasi yang lain serta rendahnya minat dan kemampuan siswa untuk menulis surat resmi, maka pembelajaran menulis surat resmi perlu dicarikan model yang menarik agar mereka memiliki minat dan akhirnya mampu menulis surat resmi sesuai yang diharapkan.

Jika guru tidak pandai mencarikan model pembelajaran yang menarik, bisa jadi minat siswa untuk menulis surat akan tetap rendah. Hal ini sangat mempengaruhi kemampuan menulis mereka. Padahal kita ketahui bersama bahwa surat resmi senantiasa digunakan oleh sebuah lembaga atau organisasi lainnya. Bahkan setiap orang yang hendak melamar suatu pekerjaan sering pula menulis surat lamaran pekerjaan. Surat jenis ini adalah surat pribadi semi resmi.

Motivasi guru terhadap siswa agar memiliki minat menulis surat dapat ditempuh dengan menjelaskan fungsi surat resmi yang tidak dapat digantikan oleh yang lainnya. Selain itu juga memilihkan model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Penulis mengajukan sebuah model pembelajaran menarik untuk menulis surat resmi, yaitu model pelacakan detektif.

C. Model Pelacakan Detektif

Dalam Kamus Ilmiah Populer dijelaskan bahwa detektif adalah polisi rahasia atau reserse (Abdillah, tanpa tahun:91). Kata detektif bisa pula bermakna bersifat mendeteksi atau melacak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendeteksi berarti menemukan atau menentukan keberadaan atau kenyataan sesuatu (1989:2002).

Dalam dunia perfilman seorang detektif bekerja ekstra, luar biasa untuk melacak dan jika perlu menangkap orang-orang yang menjadi buruannya. Mereka kadang-kadang bekerja sendiri tetapi tidak jarang pula bekerja sama dengan pihak lain yang dianggap menguntungkan.

Berhubungan dengan belajar menulis surat resmi yang dimaksud dengan model pelacakan detektif adalah model belajar kelompok yang mereka itu bekerja serius dan sungguh-sungguh seperti kerja seorang detektif. Dengan kerja kelompok diharapkan mereka bisa melacak dan menemukan berbagai kesalahan yang dilakukan oleh kelompok lain dalam menulis surat resmi dan jangan sampai terjadi kesalahan jika diri sendiri menulis surat.

Pada tahap pertama guru bisa membentuk kelas menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 – 5 orang. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk melacak kesalahan pada bagian surat yang telah ditentukan guru. Selanjutnya masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya atau pelacakannya.

Pada tahap berikutnya secara individual para siswa bekerja membuat surat resmi dengan topik yang ditentukan oleh guru. Hasil kerja mereka diserahkan kepada guru. Secara rahasia guru memilih 8 surat dan menyerahkan suratl tersebut kepada kelompok sebagai detektif untuk melacak kesalahan sampai sedetail-detailnya.

Setelah mereka mendeteksi berbagai kesalahan yang ada pada surat tersebut dan melaorkannya, masing-masing siswa membuat surat dari surat yang dibagikan oleh guru. Surat yang dibuat diharapkan semakin kecil terjadi suatu kesalahan, bahkan diharapkan tidak ada kesalahan sama sekali. Pada tahap akhir siswa diharapkan bisa bekerja sendiri sebagai seorang detektif ulung untuk urusan surat-menyurat. Ia bukan hanya pandai menemukan kesalahan, tetapi juga pandai membuat surat secara individual tanpa banyak kesalahan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting dan Subjek Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengambil tempat di SMP 2 Takeran Magetan yang merupakan lokasi sehari-hari peneliti melakukan pekerjaan mendidik dan mengajar para siswa. Penelitian ini mengambil waktu pada bulan September 2008 berhubungan langsung dengan proses pembelajaran pada kompentensi dasar menulis surat dinas atau surat resmi. Peneliti menggunakan waktu 6 kali 45 menit atau tiga kali pertemuan untuk 3 siklus penelitian tindakan kelas.

Di samping itu ada beberapa pertimbangan atas pemilihan tempat tersebut. Kelas yang akan digunakan tempat penelitian memiliki karakteristik kualitas siswa yang hiterogen, yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Hal demikian diharapkan dapat mendukung tercapai tujuan penelitian. Tepatnya penelitian difokuskan untuk siswa kelas IX A SMP 2 Takeran, Magetan. Jumlah siswa 34, terdiri atas 18 siswa laki-laki dan 16 perempuan.

Selama bertugas di tempat itu, peneliti banyak menemukan masalah yang berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar. Meskipun telah melakukan pembelajaran yang standar, ternyata para siswa masih menghadapi permasalahan. Selama ini belum pernah diadakan penelitian serupa yang dilakukan oleh guru yang lain di kelas yang berbeda untuk topik yang sama.



16


B. Desain Penelitian

Tindakan pembelajaran menulis surat resmi direncanakan menggunakan model pelacakan detektif seperti telah dipaparkan pada kajian pustaka bab II. Berhubungan dengan rencana tindakan, peneliti memilih dan merencanakan tiga siklus. Siklus pertama dengan satu dua tindakan, siklus kedua dengan dua tindakan, dan siklus ketiga dengan dua tindakan dalam rangka meningkatkan kualitas menulis surat resmi. Desain pembelajarannya terlihat pada bagan berikut ini.

Rc 1

Rc 2

Rc 2

Rc 1

Rf 1












Rc 2


Keterangan: Rc = Rencana 1 = Siklus 1

Td = Tindakan 2 = Siklus 2

Ob = Observasi 3 = Siklus 3

Rf = Refleksi

Bagan 1: Bagan Desain Pembelajaran PTK Model Spiral

Adapun bentuk-bentuk tindakan pembelajaran menulis menulis surat resmi pada masing-masing siklus, sesuai dengan desain di atas adalah

  1. tindakan pada siklus 1 : melacak kesalahan dan menulis yang baru
  2. tindakan pada siklus 2 : melacak kesalahan dan menulis surat balasan
  3. tindakan pada siklus 3 : melacak kesalahan dan menulis surat bebas

C. Siklus Penelitian

1. Siklus I

a. Rencana Tindakan

· Guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan alur proses belajar mengajar. (1) Pada kegiatan awal siswa memahami pentingnya menulis surat dengan baik sebagai cermin pribadi yang baik. (2) Pada kegiatan inti secara kelompok melacak kesalahan pada surat resmi yang telah ditunjukkan oleh guru pada lembar peraga yang dibagikan; siswa melaporkan hasil temuan dari pelacakan. Guru menuliskan hasilnya pada media power point yang telah disiapkan. (Lihat lampiran peraga Power Point). Siswa lain bisa memberikan komentarnya. Kegiatan lainna adalah masing-masing kelompok membuat surat resmi yang baru. (3) Pada kegiatan penutup guru memberikan penguatan kepada kelompok yang bekerja sangat baik (Lihat lampiran RPP 1).

· Selain daripada itu, peneliti menyiapkan jadwal waktu penelitian, dan perangkat/instrumen peneltian agar peneltiain berjalan lancar tanpa mengganggu kegiatan pembelajaran umumnya. Para siswa pun diharapkan tidak jenuh dengan kegiatan menulis surat resmi ini.

b. Pelaksanaan Tindakan

· Guru menjelaskan pentingnya menulis surat resmi dengan baik dan benar, bahwa surat adalah cermin pribadi pengirimnya. Surat yang baik menunjukkan pribadi yang baik, surat yang kurang bagus menunjukkan pribadi yang kurang bagus pula.

· Siswa secara kelompok mencermati sebuah lembar peraga surat resmi yang dibagikan, kamudian melacak kesalahan yang ada lalu menyuntingnya baik (1) ejaan, (2) bahasa, (3) kejelasan isi, dan (4) kelengkapan bagian surat.

· Siswa melaporkan hasil kerja kelompok, dan kelompok lainnya memberikan tanggapan atau komentarnya. Guru memberikan penguatan terhadap kerja kelompok yang bagus.

· Setiap siswa bekerja individu membuat surat resmi yang baru. (Lihat Lampiran RPP 1)

c. Observasi

· Guru sebagai peneliti mengadakan observasi kemampuan siswa untuk mengembangkan menulis surat resmi, bersamaan dengan proses kegiatan membimbing siswa waktu berkeliling.

· Guru juga mengadakan observasi dan dialog dengan beberapa siswa terhadap tanggapan, minat, dan kemauan siswa untuk menulis surat resmi.

d. Refleksi

· Pada akhir pembelajaran, siswa diminta guru untuk menyampaikan kritik saran, atau tanggapan terhadap pembelajaran. Tanggapan siswa bisa juga mengungkapkan kemampuan diri.

· Pada akhir siklus guru mengolah hasil karya siswa, data dari observasi dan wawancara untuk mengetahui tingkat perkembangan proses pembelajaran dengan tindakan yang telah direncanakan.

2. Siklus II

a. Rencana Tindakan

· Pada siklus kedua, guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) kelanjutannya, yaitu dengan rencana tindakan melacak kelasahan surat resmi yang dibuata oleh kelompok lain, lalu membuat surat balasan (Lihat lampiran RPP 2).

· Fokus perubahan RPP peneltian adalah (1) pada kegiatan awal siswa diingatkan kembali tentang manfaat surat pribadi, misalnya surat lamaran pekerjaan. Jika surat tidak baik, bisa jadi pekerjaan juga tidak didapatkan karena penerima surat kurang percaya. (2) Pada kegiatan inti secara kelompok melacak kesalahan pada surat resmi yang telah dibuat oleh kelompok lain pada siklus I; siswa melaporkan hasil temuan dari pelacakan. Guru menuliskan hasilnya pada media power point yang telah disiapkan. Siswa lain bisa memberikan komentarnya. Kegiatan lainnya adalah masing-masing siswa secara individu membuat surat resmi yang berupa balasan surat yang dibuat oleh teman lain yang dibagikan guru. (3) Pada kegiatan penutup guru memberikan penguatan kepada siswa atau kelompok yang bekerja sangat baik

· Peneliti menyiapkan jadwal waktu penelitian, dan perangkat/instrumen peneltian agar peneltiain berjalan lancar tanpa mengganggu kegiatan pembelajaran umumnya.

b. Pelaksanaan Tindakan

· Guru menjelaskan pentingnya menulis surat resmi dengan baik dan benar, misalnya surat lamaran pekerjaan yang tidak baik bisa menyebabkan si pelamar tidak diterima sebagai pegawai suatu kantor atau perusahaan.

· Siswa secara kelompok mencermati sebuah surat resmi yang dibagikan secara rahasia dengan tidak diketahui oleh si pemiliknya, kemudian melacak kesalahan yang ada lalu mencatat kesalahan-kesalahan yang terjadi dari segi (1) ejaan, (2) bahasa, (3) kejelasan isi, dan (4) kelengkapan bagian surat.

· Siswa melaporkan hasil kerja kelompok, dan kelompok lainnya memberikan tanggapan atau komentarnya. Guru memberikan penguatan terhadap kerja kelompok yang bagus.

· Siswa bekerja secara individual membuat surat resmi yang berupa balasan terhadap surat temannya yang dibagikan oleh guru. (Lihat Lampiran RPP 2)

c. Observasi

· Guru sebagai peneliti mengadakan observasi kemampuan siswa untuk mengembangkan menulis surat resmi yang berupa surat balasan, bersamaan dengan proses kegiatan membimbing siswa waktu berkeliling.

· Guru juga mengadakan observasi dan dialog dengan beberapa siswa terhadap tanggapan, minat, dan kemauan siswa untuk menulis menulis surat resmi setelah mengikuti model yang baru.

· Guru mencatat temu-temuan dan perubahan-perubahan pada siswa selama proses pembelajaran tindakan berlangsung.

d. Refleksi

· Salah satu siswa diminta membacakan surat balasan yang telah dibuat oleh anggota kelompok mereka. Beberapa siswa mengomentarinya.

· Pada akhir pembelajaran, siswa diminta guru untuk menyampaikan kritik saran, atau tanggapan terhadap pembelajaran. Tanggapan siswa bisa juga mengungkapkan kemampuan diri.

· Pada akhir siklus guru mengolah hasil kerja siswa, data dari observasi dan wawancara untuk mengetahui tingkat perkembangan proses pembelajaran dengan tindakan yang telah direncanakan.

3. Siklus III

a. Rencana Tindakan

· Pada siklus ketiga, guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) baru dengan langkah-langkah dan tindakan mulai dari kerja kelompok menuju kerja individu.

· Fokus perubahan RPP penelitian adalah (1) pada kegiatan awal siswa dimotivasi dengan surat-surat mereka semakin baik yang semakin baik, (2) Pada kegiatan inti secara kelompok melacak kesalahan pada surat resmi yang telah dibuat oleh kelompok lain pada siklus II; siswa melaporkan hasil temuan dari pelacakan. Guru menuliskan hasilnya pada media power point yang telah disiapkan. Siswa lain bisa memberikan komentarnya. Kegiatan lainnya adalah masing-masing siswa secara individu membuat surat resmi yang isinya surat undangan. (3) Pada kegiatan penutup guru memberikan penguatan kepada kelompok yang bekerja sangat baik (Lihat lampiran RPP 3)

b. Pelaksanaan Tindakan

· Guru menjelaskan hasil pembelajaran menulis menulis surat resmi sebelumnya yang relatif baik dan perlu terus ditingkatkan lagi dengan satu tahapan baru bekerja secara individual, bukan lagi bekerja kelompok menuju profesi seorang detektif jagoan dan unggulan.

· Siswa mulai bekerja kelompok lagi untuk melacak kesalahan yang dilakukan oleh kelompok lainnya. Lalu melaporkan hasilnya untuk dikomentari kelompok yang lain lagi.

· Secara pribadi setiap siswa menulis surat resmi yang berupa surat undangan dengan memperhatikan (1) ejaan, (2) bahasa, (3) kejelasan isi, dan (4) kelengkapan bagian surat.

· Guru berkeliling memberikan bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan.

c. Observasi

· Guru sebagai peneliti mengadakan observasi kemampuan siswa untuk mengembangkan menulis surat resmi, bersamaan dengan proses kegiatan membimbing siswa waktu berkeliling.

· Guru juga mengadakan observasi dan dialog dengan beberapa siswa terhadap tanggapan, minat, dan kemauan siswa untuk menulis menulis surat resmi setelah mengikuti kegiatan menulis menulis surat resmi dengan model pelacakan detektif.

· Guru mencatat temu-temuan dan perubahan-perubahan pada siswa selama proses pembelajaran tindakan berlangsung.

d. Refleksi

· Beberapa siswa diminta membacakan surat resmi yang ditulisnya di depan kelas dan beberapa siswa mengomentarinya.

· Pada akhir pembelajaran, siswa diminta guru untuk menyampaikan kritik saran, atau tanggapan terhadap pembelajaran. Tanggapan siswa boleh juga berupa pengungkapan kemampuan diri.

· Pada akhir siklus guru mengolah hasil kerja siswa, serta dari data observasi dan wawancara untuk mengetahui tingkat perkembangan proses pembelajaran dengan tindakan model perburuan detektif.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen pokok yang digunakan dalam penelitian ini secara singkat dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Dokumentasi/Arsip

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang pekerjaaan siswa dan prestasi belajar siswa tentang menulis surat resmi dari proses KBM (kegiatan belajar mengajar).

2. Ceklis

Ceklis digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa hasil observasi terhadap kegiatan siswa dan refleksi siswa terhadap dirinya sendiri.

3. Catatan

Catatan digunakan peneliti untuk menuliskan kejadian-kejadian penting, antara lain kegiatan siswa yang negatif/kurang mengarah pada proses pembelajaran atau bahkan yang bersifat positif telah mendahului rencana tindakan peneltian. Selain itu catatan juga digunakan untuk menuliskan hasil wawancara dengan beberapa siswa, atau untuk menuliskan temuan-temuan lainnya.

4. Daftar/Tabel

Daftar atau tabel digunakan untuk menuliskan hasil/nilai karya siswa setiap akhir siklus, sekaligus untuk mengetahui dan membandingkannya dengan siklus yang sebelumnya.

Label: