Chohadi SP

Islam dan Pendidikan Masa Depan

1 Mei 2009

Budi Pekerti Perlu Praktik Keteladanan

Suprapto, S.Pd. Guru SMP Negeri 1 Takeran Magetan

Tingginya nilai budi pekerti menyebabkan diri si pemilik dihargai kemuliaannya di hadapan manusia, bahkan menjadi hamba yang paling dicintai oleh Sang Khalik, “Hamba yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling baik budi pekertinya.” Oleh karena itu wajar juga jika pendidikan budi pekerti menjadi perhatian banyak pihak. Apalagi pendidikan di bangku sekolah yang para peserta didiknya masih masa-masa pembentukan kepribadian, maka budi pekerti harus lebih diseriusi. Kalau sajalah ia tidak mendapat nilau ujian nasional yang bagus, ia tetap memiliki budi pekerti yang bagus sebagai modal utama yang mesti digunakan dalam hidup sehari-hari di masyarakat.

Pendidikan budi pekerti ini bukanlah hanya pekerjaan guru mata pelajaran budi pekerti atau guru pendidikan agama. Budi pekerti ini bisa disampaikan oleh setiap guru melalui pelajaran apa saja. Setiap guru memikul tanggung jawab pendidikan budi pekerti ini. Harus disadari bahwa pendidikan budi pekerti ini lebih penting daripada pelajaran Matematika, IPA, atau bahasa Inggris yang menjadi trend masa kini.

Hanya saja hal penting yang perlu dicermati setiap guru dalam pembelajaran ini adalah keteladanan. Keteladanan guru untuk anak didiknya merupakan proses pembelajaran budi pekerti yang efektif dan efisien. Guru jangan banyak berangan hasilnya pendidikan budi pekerti jika setiap warga sekolah tidak menjadi teladan bagi warga sekolah lainnya yang lebih muda. Pembelajaran budi pekerti bukan pembelajaran kata-kata, tetapi pembelajaran praktik keteladanan.

Budi pekerti tidak identik dengan cantik atau tampannya guru, tetapi lebih dekat dengan kepribadian guru. Jangan sampai terjadi guru sering mengajarkan pekerti menghargai orang lain, tetapi ia sendiri sering memarahi dan mencela anak-anak di depan teman-temannya. Guru sering mengajarkan siswa-siswinya bertutur kata yang lembut sopan, tetapi ia sendiri sering marah-marah di depan pengeras suara didengarkan banyak pihak. Guru sering mengajarkan bermuka manis jika bertemu orang lain, tetapi ia sendiri berwajah cemberut setiap di depan kelas. Guru mengajarkan disiplin kepada anak-anak, tetapi ia sendiri sering tidak mengajar.

Keteladanan merupakan syarat utama pendidikan budi pekerti dan guru sendiri sebagai figur teladan bagi siswa-siswinya, sehingga dengan relatif mudah pendidikan budi pekerti diajarkan tanpa banyak kata-kata. Setidaknya guru harus banyak memberikan kisah teladan orang sukses karena budi pekertinya atau karena mentalnya. Tentunya juga kisah-kisah pelajaran yang sebaliknya, kegagalan karena rendahnya budi pekerti. Termasuk dalam materi budi pekerti adalah sikap mental yang handal, jujur, adil, peduli, tahan uji, sabar, syukur, tenang, malu, suka mendengarkan dan tidak suka berbicara yang tidak berguna.

Kiat-kiat pembelajaran yang lainnya adalah siswa sering diminta untuk berdiskusi kelompok tentang suatu etika atau budi pekerti, sekaligus diberi tugas untuk mendemonstrasikan atau bermain peran budi pekerti tersebut di depan kelas. Cara ini akan lebih berkesan, sekaligus anak-anak akan berlatih secara langsung. Agar lebih efektif masing-masing kelompok dengan tugas yang berbeda. Ketika bermain peran, kelompok lain diberi kesempatan untuk berkomentar. Maka suasana akan menjadi hidup dan tidak membosankan.

Demi keberhasilan pendidikan di Indonesia, layak untuk direnungi oleh setiap guru bahwa dirinya harus bisa menjadi contoh, bukan sekedar bisa membuat contoh. Jangan seperti lilin yang menerangi lingkungannya tetapi dirinya terbakar. Jangan hanya mengajarkan budi pekerti yang baik tetapi dirinya terbakar api neraka karena tidak melakukannya.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda