Chohadi SP

Islam dan Pendidikan Masa Depan

1 Mei 2009

Motivasi Mengungguli Materi

Sebagian besar guru mengatakan bahwa semangat belajar siswa pada masa sekarang mulai pudar. Jika generasi tua masa lalu akan ulangan tidak membaca merasa sangat khawatir. Akan tetapi jika kita melihat sebagian besar siswa akan ujian, ia begitu santai, duduk-duduk tanpa memegang buku. Seolah-olah tidak ada beban berat di pikirannya. Jika kita mau patroli malam di rumah-rumah siswa, bisa menghitung persentase siswa yang rajin belajar malam. Mereka sering begadang dengan teman di pinggir-pinggir jalan dengan berbagai musik di tangan.

Apakah gerangan penyebabnya? Apakah pengaruh teknologi yang dahsyat, apakah pengaruh pergaulan yang tak terkendali? Ataukah memang anak belum mendapat motivasi belajar yang cukup dari beberapa pihak, baik orang tua, masyarakat, dan gurunya? Mungkin saja semuanya berpengaruh terhadap siswa dan aktivitasnya. Lalu sudah sejauh mana tugas guru telah mampu mengantarkan siswa untuk maju?

Guru sendiri masih banyak yang berdiri di depan kelas hanya sebagai sosok penyaji materi. Metode klasik ceramah merupakan handalan utamanya. Sebagai tenaga profesional, guru harus berusaha untuk mengikuti perkembangan sehingga bisa membangkitkan semangat belajar siswa. Jangan sampai guru hanya terdorong yang penting materi pelajaran selesai masalah ketuntasan aku tak tahu. Barangkali ada tugas guru yang sering terlupakan, yaitu guru sebagai agen pembelajaran yang mempunyai tugas sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Baca penjelasan pasal 28 Standar Nasional Pendidikan (NSP)

Dunia pembelajaran baru mengatakan bahwa belajar yang baik adalah belajar yang menggembirakan dan berpusat pada pembelajar, pembelajaran paling berhasil adalah dalam lingkungan yang kaya pilihan dan memberi banyak jalan (Dave Meier, 2005:244). Berkenaan dengan hal ini, maka tugas guru sebagai agen pembelajaran harus direalisasikan semaksimal mungkin. Guru berusaha sebagai fasilitator bukan sebagai penyaji, biarlah siswa sendiri mendapatkan informasi dan ilmu, guru hanya memfasilitasi dan membantu jika mereka mendapat kesulitan.

Lebih daripada itu, tugas guru sebagai motivator atau pemberi motivasi mengungguli materi pelajaran yang diampu dan disajikannya. Mengapa tidak? Jika guru telah berhasil memotivasi siswa untuk belajar dan mereka telah merasa asyik dan enjoy dengan belajarnya, maka materi pelajaran dan kompetensi-kompetensi dasar akan diraih siswa itu sendiri. Mereka akan tergerak belajar tanpa harus disuruh dan diperintah. Mereka sendirilah yang merasa butuh. Sebaliknya, jika motivasi belajar siswa telah mati atau pudar, jangan harap banyak meski guru berkoar-koar tak jua mereka bangkit belajar. Kapan ilmu dan informasi mereka miliki?

Memang banyak jenis motivasi yang dapat diberikan guru kepada siswa, akan tetapi ada yang lebih penting yaitu pembangkitan motivasi instrinsik siswa. Guru harus berupaya agar siswa senantiasa belajar dalam situasi yang menyenangkan. Upaya ini dapat dilakukan guru dengan meningkatkan kreativitas guru memilih model-model pembelajaran terbaru yang dipadukan dengan kecanggihan terknologi untuk menciptakan situasi yang menyenangkan siswa dalam belajar dan memudahkan siswa mencapai kompetensi dasar yang disyaratkan. Siswa biasa diajak belajar dalam konteks kehidupan nyata dan memaknai kompetensi dasar tersebut pada kehidupan sehari-hari. Kebiasaan guru berceramah dan menyuruh untuk mencatat jangan dijadikan metode handalan yang tidak bisa dipermak.

Motivasi lain yang tak kalah penting adalah motivasi spiritual religius. Sebagai insan beragama, guru memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai moral agama kepada siswanya. Tak lupa pula memotivasi siswa dengan nilai-nilai ibadah pada ketekunan belajar. Allah itu memberi pahala manusia karena amal usahanya. Misalnya, sesungguhnya yang dinilai dan diberi pahala oleh Allah itu karena usaha belajar dengan tekun dan rajin, bukan kepandaian seorang siswa. Jika yang diberi pahala yang pandai, alangkah tidak adilnya Allah karena pandai dan bodoh itu Allah yang menghendaki dan yang menciptakan.

Contoh konkrit saja, siswa yang rajin belajar mendapat nilai 6 lebih dicintai dan diberi pahala yang banyak daripada siswa yang pandai mendapat nilai 10 tetapi tidak mau belajar. Siswa pandai yang tidak mau belajar ini bisa-bisa akan menjadi orang yang sombong dan dilaknat oleh Allah. Jadi, di sisi Tuhan siswa yang rajin belajar lebih mulia daripada siswa yang pandai. Rajin itu usaha sedangkan pandai itu kehendak dan kodrat Tuhan.

Dari pemahaman itu pula, maka hendaknya guru juga memotivasi siswa dengan penilaian proses, bukan sekedar penilaian hasil. Penilaian selama proses KBM sangat penting untuk memacu semangat siswa. Siswa yang telah menunjukkan proses belajar yang baik harus diberi poin nilai oleh guru. Misalnya, siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar diberi poin dua, siswa yang menjawab pertanyaan tetapi salah harus diberi poin satu. Siswa yang menjawab tetapi salah adalah siswa yang telah berusaha dan boleh jadi karena jawaban yang salah itu siswa yang lainnya akan termotivasi dan berani mengungkapkan jawabannya. Ini sangat penting dan perlu dipahami dan disosialisasikan oleh guru kepada para siswa.

Hati nurani guru sendiri akan mengakui rasa salut terhadap siswa yang rajin belajar dan kasihan jika mereka belum berhasil. Guru akan merasa salut dan mengacungi jempol jika ada siswa yang rajin dan memperoleh nilai yang bagus. Oleh karena itu, guru jangan enggan-enggan mengatakan “bagus” kepada siswanya yang berhasil mencapai kompetensi dasar. Guru mahal-mahal memberi reward dengan mengajak bertepuk tangan bersama terhadap prestasi siswa meskipun kecil. Sekali lagi motivasi mengungguli materi yang disajikan guru. Semoga dengan banyak motivasi siswa bangkit berprestasi.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda